Minggu, 15 November 2015

Love cells Part 1 / FF Infinite



Title : Love Cells (Part 1)
Cast : Shin Ahneul, L as Byul / Kim Myungsoo, Nam Woohyun, Lee Gaeun
Genre : Romance, lil bit comedy, fantasy
Rated : PG 15
Author : Kim Ara


Cerita FF ini diadaptasi dari web drama “Love Cells” tapi dengan cerita yang berbeda. Happy reading girls...


(Author POV)

Cinta? Jangan pernah berharap kata itu terlintas dipikiran gadis ini. Baginya hanya pekerjaan yang utama baginya dan fangirling tentunya. Ya bisa dikatakan dia terlalu terlena dengan kehidupan sebagai seorang karyawan dan fangirl. Baginya cinta hanya ditujukan untuk pangeran impiannya yang sebenarnya seperti tidak mungkin digapainya. Terang saja cintanya hanya tertuju pada seorang idol terkenal di seantero Korea, Nam Woohyun.

Shin Ahneul, gadis lajang yang saat ini sudah menginjak umur 27 tahun. Pengalaman tentang cinta? pasti dia hanya akan menjawab dengan nama Nam Woohyun. Rasanya sangat sulit baginya untuk kembali ke kehidupan nyatanya. Nam Woohyun adalah satu-satunya lelaki yang ada di otaknya, si Pangeran tampan dari surga, itulah yang ada dipikirannya.

"Ahneul-ah, bukannya kau ada kencan buta? kenapa kau malah mengambil pekerjaan di akhir pekan? " sahut Eunmi yang merupakan rekan sekantornya yang sangat paham dengan tabiat rekannya itu.

Eoh, Ahneul adalah seorang karyawan di sebuah majalah hiburan. Karena itu dia sangat akrab dengan dunia hiburan, dan hal ini juga yang memudahkan dia untuk ber-fangirling ria.

“Kau pikir aku berniat datang di kencan buta yang sudah diatur ibuku?” Ahneul membuang muka dan kembali ke layar laptopnya.

“Aiisshh...kau ini, sampai kapan kau akan betah hidup melajang seperti ini?” Eunmi geleng-geleng kepala seakan menyerah untuk menasehati sahabatnya itu. “Baiklah aku pulang dulu, selamat berkencan dengan pekerjaanmu itu” Eunmi menegaskan kata berkencan agar rekannya itu sadar dan seketika melenggang pergi.

“Aku yang menjalani tapi kenapa mereka yang repot, apa mereka pikir aku juga tidak ingin cepat menikah, tentu saja aku ingin, tapi Woohyun masih sangat jauh, bagaimana menurutmu Byul-ah?”

Tentu saja saat ini Ahneul tidak sendirian di ruangannya, dia ditemani seekor kucing. Oke perlu digaris bawahi yang dia ajak bicara dan dimintai pendapat tadi adalah seekor kucing. Memang setiap hari Ahneul selalu membawa kucing kesayangannya itu ke kantor. Jadi jangan heran kalau terkadang dia seperti berbicara sendiri. Byul nama kucing itu, kucing jantan berwarna hitam jenis persia.

Beberapa menit dia terus berkonsentrasi dengan layar laptopnya tanpa menghiraukan Byul yang terus ‘mengeyong’ tak jelas. Tapi lama kelamaan Ahneul pun tak tahan dengan suara Byul yang terbilang sangat berisik kali ini.

“Oke, sekarang apa maumu Byul? Aku sudah memberimu makan, kalau kau mau mengajakku bermain, ini bukan waktunya, oke!” Ahneul sekilas menoleh ke arah Byul dan kembali mengarahkan pandangannya ke pekerjaannya.

“Meyooong.... meyooong!”

“Hyaaaa.... Byul-aah... henti...” seketika Ahneul tak mampu menyelesaikan kalimatnya, rasanya seperti tercekat di tenggorokan, mulutnya menganga dengan tatapan tak percaya. Dia tercengang dengan apa yang dilihatnya di atas Byul, sebuah benda bulat merah melayang-layang di atas kepala Byul. “Mwoya Ige?” Ahneul tak sanggup menyembunyikan perasaan kaget, takut, heran, dan penasaran dengan benda itu. Dengan gerakan pelan, Ahneul mencoba meyentuh benda itu, tapi...

“Heeiii...jangan berani-berani menyentuhku!” benda itu berbicara, ya ini adalah kata yang keluar dari benda bulat berwarna merah, sontak ini membuat Ahneul memundurkan tubuhnya karena kaget.

“Mwo? Apa-apaaan ini? apa aku mimpi? Ahhh....sadarlah kau Shin Ahneul!” gadis ini menampar-nampar pipinya untuk menyadarkan diri dari mimpinya.

“Kau tidak mimpi gadis bodoh, hentikan tingkah konyolmu... Aku adalah sel cintamu, yang akan menjadi penuntun menuju cintamu” jelas benda bulat merah itu yang masih melayang-layang.

“M-m-mwo? Sel cinta? Aahhh aku pasti masih mimpi sekarang” Ahneul sekarang mencubit tangannya sekencang-kencangnya. “Awwwww....Appo!” pekik Ahneul karena tindakan bodohnya sendiri.

“Kau sudah sadar kan ini bukan mimpi, aku datang karena kau pada masa kritis, kau harus secepatya menemukan cintamu, sebelum sel cintamu mati” jelasnya lagi.

Disisi lain, Byul terus menatap penuh tanda tanya ke arah benda bulat berwarna merah yang ada di atasnya. Sepertinya Byul berpikir itu adalah makanan sejenis tikus yang selama ini tidak pernah dirasakannya. Byul dengan insting hewannya mencoba meraih benda melayang itu dengan sedikit melompat-lompat.

“Hyaaaa... singkirkan kucingmu ini... hussshh...husshhh...sana pergi, aku bukan makananmu!” benda ini sedikit menghindar dari raihan Byul yang berusaha menangkapnya.

Sementara Ahneul justru menatap aneh ke kucingnya dan benda melayang yang menyebut dirinya sel cinta itu. Sebenarnya dia masih bingung dengan penjelasan sel cinta itu, karena itu dia terpaku memikirkannya.

Haappppp...nyaammmm...nyaammmm...

“Aakkkk.... andweeeeee!!” pekik benda itu diakhir kesempatannya berada di rongga mulut Byul.

“Ahhhhh.... dia sudah dimakan Byul, ya sudahlah!” Ahneul menanggapi cuek kejadian di depannya dan kembali ke pekerjaannya.

Tapi ternyata itu bukan akhir dari kejadian aneh yang menimpa Ahneul. Kucing yang selama setahun ini menjadi teman setianya tiba-tiba mengeluarkan seberkas cahaya yang cukup menyilaukan mata. Karena tak tahan dengan pancaran cahaya itu, Ahneul menutup mata sipitnya secara reflek. Dan betapa kagetnya ketika cahaya itu menghilang, sosok lelaki tampan berdiri dihadapannya dan Byul menghilang entah kemana.

“A-a-apa la-la-gi ini? Si-siapa k-ka-kau? Dan ka-kau kemanakan Byul-ku?” Ahneul masih merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya, sontak dia berdiri dari kursinya dengan mulut semakin terbuka lebar, pikirnya bagaimana bisa orang ini masuk ke ruangannya disaat pintunya terkunci, apa lelaki ini jatuh dari surga? Itulah yang tiba-tiba muncul dipikiran Ahneul yang masih tercengang.

“Aku adalah Byul majikan” lelaki itu menjawab malas pertanyaan Ahneul yang dipanggilnya majikan. Sementara yang dijawab pertanyaannya justru semakin membuka mulutnya lebih lebar seakan mengatakan ‘Apa aku sudah gila?’. “Aahhhh... gara-gara memakan sel itu aku jadi punya tugas yang berat” Byul dengan santainya duduk di kursi yang ada di depan Ahneul.

“Ma-maksudmu?” lanjut Ahneul yang masih terbata-bata.

“Di tubuhku ini jadi ada sel cinta yang harus menuntunmu untuk mendapatkan cintamu, kalau tidak sel cintamu akan mati” jelas Byul malas seraya melihat-lihat buku yang ada di meja Ahneul.

“Memangnya kenapa kalau sel cintaku mati, sepertinya tidak terlalu mengerikan” sanggah Ahneul malas yang sudah mulai terbiasa dengan penampilan Byul yang ada di depannya.

“Hyaaaa...pabo!! apa kau tau apa yang terjadi jika sel cinta mati?” pertanyaan ini seketika langsung dijawab dengan gelengan kepala dari Ahneul. “Ada tiga tahap saat sel cinta mati. Tahap satu, saat tahun pertama setelah putus, kau tak akan merasakan waktu telah berlalu karena kau merasa luka begitu pedih”

“Lalu?” Ahneul menatap serius ke arah Byul.

“Lalu tahap kedua, kau mulai khawatir dan menumpahkan kekesalan atas kesalahanmu”

Ahneul kali ini tidak menanggapi, dia membuang muka dan mengarahkan pandangannya ke jendela yang ada disampingnya.

“Tahap terakhir saat sel cinta mati, kau tak memiliki emosi lagi”

“Benarkah?” Ahneul berpikir sejenak seraya memegangi dagunya, “Sepertinya tidak terlalu mengerikan, selama ada Woohyun yang selalu mengisi mimpiku” lanjut Ahneul dengan muka sepolos-polosnya.

Braaakkkkk

“Hyaaaa... majikanku yang terhormat, apa kau sinting? Kau bilang tidak memiliki emosi bukan hal yang mengerikan” kali ini Byul menatap majikannya itu dengan tatapan geram. “Baiklah, sel cinta bilang dia akan menunjukkan padamu bagaimana kalau manusia tidak memiliki emosi lagi” dengan jentikan jari dan entah bagaimana caranya, kini Ahneul dan Byul sudah berada disuatu ruangan yang berisi beberapa orang yang hanya duduk terdiam.

Byul dan Ahneul duduk diantara manusia yang tanpa sel cinta, dan Ahneul pun mengenalkan dirinya pada beberapa orang tersebut.

Korban 1 : Bad Girl, Kim Ririn
Seorang wanita dewasa yang tengah memakai kacamata hitam. Dia memiliki fisik yang sempurna dan sebenarnya bisa saja meluluhkan hati semua laki-laki di depannya, tapi dia terlambat. “Seperti kalian lihat, aku sangat cantik dan sexy sampai membuat para lelaki berebut karenaku, tapi aku kehilangan segalanya” ucapnya dengan raut wajah datar tanpa berekspresi.

Korban 2 : Penulis komik web bertema cinta, Park Boah
“Aku terlalu bermain dengan imajinasiku tentang cinta, tapi ternyata hidupku jauh lebih buruk dari semua komikku, dan lihatlah bahkan aku sekarang tidak bisa membuat cerita cinta lagi” ujar wanita yang duduk malas dengan memiringkan kepalanya.

Korban 3 : Instruktur senam berhati lembut, Choi Woori
“Kondisiku sudah sedikit membaik kok, aku sekarang punya teman baru, ini...” gadis dengan ekspresi datar ini menunjukkan sebuah boneka teddy bear berukuran besar yang kemudian dia letakkan dipangkuannya. Jika kalian melihatnya pasti akan terlihat sangat mengerikan.

Ahneul melontarkan tatapan ngeri melihat para korban matinya sel cinta. Dia terus mengusap-usap lengannya karena kengerian yang dilihatnya.

“Bagaimana? Itu hanya sebagian orang yang sel cintanya mati, masih banyak lagi di luar sana yang begini, apa kau mau seperti mereka?” ceplos Byul dengan tatapan mengintimidasi. Seketika pertanyaan itu dijawab dengan gelengan tegas dari Ahneul. Yang ada dipikiran gadis ini sekarang adalah dia ingin secepatnya mendapatkan cintanya sebelum terlambat. Tapi...

“Tapi...” sahut Ahneul menundukkan kepalanya.

“Tidak ada kata tapi... baiklah sekarang kita cari tipe idealmu” Byul lagi-lagi menjentikkan jarinya dan entah bagaimana lagi mereka berdua kini berada di sebuah cafe. Mereka berdua duduk bersebelahan sambil menyesap caramel macchiato yang dipegang masing-masing. Mereka berdua mengedarkan pandangan ke sekeliling sudut cafe.

“Bagaimana dengan pria itu?” Byul mengedikkan dagu ke arah seorang pria yang tengah berbicara dengan seseorang. Pria itu duduk dengan posisi kaki ‘ngangkang’ dan terlihat seperti pria yang tak tau tempat. Melihat hal itu membuat Ahneul mengeluarkan kritikan yang begitu panjang.

“Dia pria yang tak tau sopan santun. Mereka memiliki kepribadian yang melelahkan, pasti dia akan selalu menempel padaku untuk setiap urusannya. Untuk makan lah, berbelanja lah, dia pasti akan seenaknya sendiri dan yang paling parah dia akan....”

“Bagaimana dengan yang disebelah sana?” tukas Byul menghentikan ocehan Ahneul yang tanpa titik koma.

“Pria dengan alis tebal dan berkumis itu terlihat keras kepala dan melakukan apa yang mereka inginkan, dia terlihat galak juga sama seperti anjing milik tetanggaku yang meyebalkan itu”

Byul penuh dengan kekesalannya mengehembuskan nafas kasar, seakan ingin menyerah dengan tugasnya karena Ahneul yang tiba-tiba begitu ahli dalam masalah ini. Ahneul kemudian menunjuk seorang pria dengan rambut blonde dan pria yang menggerakkan hidungnya. Ia menganalisis kepribadian mereka dan berbicara tanpa henti.

Byul memegang dagu Ahneul agar gadis ini berhenti mengoceh seperti rel kereta yang tak putus-putus. “KAU BERCANDA!” kesal Byul.

Ahneul mengeluh, dia memang tak bisa dari awal. Tapi bukan itu maksud Byul, hanya saja kalau semua tipe pria disana tidak menarik minat Ahneul. Maka hanya Woohyun satu-satunya target yang bisa dituju.

“Woohyun itu adalah... Pangeran” ucap Ahneul dengan mantap.

 ~~~

Sementara itu disisi lain, sosok Woohyun tengah berada di dalam mobilnya. Ia tengah duduk dengan wibawanya. Dia menggunakan sarung tangan plastik sebelum makan. Dan penuh dengan kewibawaan dan kelembutan, dia memasukkan satu persatu makanan ke mulutnya.

“Dengan sentuhan jarinya yang sempurna, ia seperti membawa kehidupan setelah kematian. Dan apapun yang dimasukkan ke dalam mulutnya, akan menjadi embun. Karena dia adalah seorang pangeran. Bukankah begitu pangeranku, Nam Woohyun?”

Woohyun menghentikan aktivitas menyantap makanannya, ia celingukan melihat ke sekitar mobilnya karena ia merasa seperti ada yang membicarakannya. Temannya yang tengah asyik bermain smartphone pun bertanya.

“Ada apa?”

“Tidak... hanya saja seperti ada yang membicarakanku” balas Woohyun masih kebingungan.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu mobil Woohyun. Terang saja hal itu menganggu aktivitas Woohyun untuk menyantap makanan. Bagaimanapun juga sekarang yang dimakannya adalah makanan favoritnya, jadi tidak ada yang boleh menganggunya.

“Hyaaaa... Nam Woohyun berhenti memakan kaki ayam itu, sudah ku jelaskan berkali-kali kalau itu simbol cabul” pekik orang itu yang ternyata adalah managernya sendiri.

“Apa? cabul? Apa perlu aku tunjukkan padamu apa itu cabul? Kenapa kau selalu melarangkan makan kaki ayam, huh?” balas Woohyun kesal.

Dengan penuh kekesalan, sang manager terus membujuk Woohyun untuk berhenti makan kaki ayam. Karena bagaimanapun juga dia adalah seorang idol terkenal yang memiliki citra seorang Prince, kalau penggemarnya ini tau mungkin ini akan merusak citra Woohyun yang selama ini dibangun. Namun Woohyun seakan tak peduli dengan penjelasan panjang lebar managernya, dia menutup pintu mobil dengan kakinya.

~~~~

Di rumah atap milik Ahneul, Byul berperan layaknya seorang tentara yang sedang mengatur sebuah strategi. Dia menempelkan foto Woohyun dan Ahneul disampingnya pada sebuah papan. Byul menjelaskan panjang lebar tentang rencana untuk bisa mendapatkan perhatian Woohyun, karena dia seorang idol, maka ini jadi lebih sulit pikirnya.

“Kau bekerja sebagai reporter, kau pasti sangat paham setiap jadwalnya, jadi kau bisa melancarkan serangan ketika berdiri sangat dekat dengannya” jelas Byul penuh keyakinan.

“Tapi.... apa mungkin gadis sepertiku bisa mendekatinya?” balas Ahneul memelas.

Seketika Byul langsung menatap tajam penampilan Ahneul dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dan saat itu pula dinding penuh keyakinan yang baru saja didirikannya runtuh begitu saja. Wajah kusam, kucel, tak terawat membuat Byul menghembuskan nafas kasar. Kemudian dengan wajah pasrah, Byul mengeluarkan beberapa benda yang tak asing lagi bagi Ahneul.

“Baiklah, sepertinya dengan benda-benda ini akan membantu” Byul menunjuk beberapa benda di atas kursi panjang yang didudukinya dengan Ahneul. Karena rasa penasaran gadis ini yang tinggi, dia berusaha mengambil salah satu benda itu, namun dengan sigap Byul menampik tangan Ahneul. “Hyaaaa.... benda-benda ini hanya bisa kau gunakan sekali saja, jadi kau harus memanfaatkannya dengan benar!” tukas Byul kesal. “Dan satu hal lagi, seorang pria itu sangat senang dengan wanita yang bisa memberikan sentuhan lembut padanya, kau harus mempraktekkannya nanti” jelas Byul tanpa melihat ke arah Ahneul.

Tanpa aba-aba, Ahneul menyentuh kedua pipi Byul dengan kedua telapak tangannya. Dia menatap lekat dua manik mata Byul dengan tatapan santai tanpa makna apa-apa. Tapi tidak untuk Byul, dia merasa aneh dengan tatapan itu.

Deeeg!!

Sepersekian detik kemudian Byul kembali ke kesadarannya. Ia menampik kedua tangan Ahneul yang masih menempel di pipinya.

“Hyaaaa... apa yang kau lakukan? Dasar majikan cabul” pekik Byul dengan intonasi meninggi.

“Kau bilang untuk memberikan sentuhan yang lembut pada pria, aku hanya ingin mempraktekkan apa seperti itu maksudmu?” balas Ahneul dengan nada tak berdosa.

Byul menghembuskan nafas kasar dan menggeleng-gelengkan kepalanya seakan tidak percaya.

“Kau ini apa memang tidak pernah pacaran, huh? Benar-benar payah, kau harus mencobanya besok, ingat itu” ucap Byul yang masih sedikit kesal.

“Aiihhh...ternyata kau memang kucing yang galak dan cerewet, pantas tidak ada kucing betina yang mau padamu” Ahneul memanyunkan bibirnya setelah mendapat perlakuan menyebalkan dari kucingnya sendiri.

“Aiiishhhh.... kau bahkan kadang lupa tidak memberiku makan” Byul bangkit dari tempat duduknya dan sedikit meregangkan tubuh, “Ini sudah malam, aku mau istirahat, besok kita mulai rencana kita, aku mau tidur sekarang” Byul melangkah memasuki rumah atap.

“Tidur? Tunggu dulu, heeiiiii...kau mau tidur dimana?” Ahneul mengejar Byul yang sudah memasuki rumah, ternyata Byul sudah berbaring di kasur milik Ahneul. “Hyaaaa...bagaimana bisa kau seenak jidat tidur di kasurku? Cepat bangun!” Ahneul menggoyang-goyangkan tubuh Byul agar segera pergi.

“Kau ini majikan yang tega sekali, aku sudah tidak muat tidur di tempat tidur kucing, kalau tidak di kasur ini aku mau tidur dimana coba?” balas Byul malas yang masih membelakangi Ahneul.

“Lalu aku harus tidur dimana?” tukas Ahneul kesal.

“Tidurlah disini juga”

“Hyaaaa....apa kau gila, kau itu seorang pria, dan aku wanita, mana boleh tidur seranjang” lanjut Ahneul kesal.

“Apa kau lupa aku ini kucingmu, biasanya kau juga megajakku tidur berdua, bahkan memelukku.... dan satu lagi jangan berpikir aku tertarik dengan tubuhmu meskipun sekarang aku berwujud manusia, bahkan aku pun juga sudah paham dengan yang kau sembunyikan di balik bajumu itu” lanjut Byul dengan senyum menyeringai penuh kemenangan.

“Hyaaaa.....DASAR KUCING CABUL”

Dan akhirnya dengan terpaksa Ahneul tidur disamping Byul. Mereka saling membalakangi dan tidak saling sapa. Ahneul terus saja merutuki nasibnya, pikirnya dia sekarang sangat menyesal telah memelihara kucing jantan menyebalkan seperti Byul.

‘Sial.... bagaimana aku bisa tenang tidur disebelah seorang pria, meskipun kenyataannya dia adalah kucing, tapi tetap saja hormonnya adalah laki-laki dewasa’ batin Ahneul yang kenyataannya tidak bisa menutup mata barang sedetik.

Deg!

Deg!

Deg!

‘Aaahhh....sial, apa-apaan ini jantungku? Ingat Ahneul, dia hanya kucing yang biasanya kau ajak tidur dan kau ajak mandi, sudah itu saja cukup!’Ahneul terus berperang dengan pikirannya sendiri, dia terus mencoba menyingkirkan pikiran yang tidak-tidak. Ahneul memaksa matanya untuk menutup agar cepat tidur, tapi hasilnya nihil.

“Kau tidak bisa tidur?” celetuk Byul tiba-tiba yang ternyata juga belum tidur, dia masih dalam posisi membelakangi majikannya itu.

“Emmmm... mungkin insomniaku kambuh, kau sendiri?” sanggah Ahneul mencoba menjawab setenang mungkin dengan berbagai alibi.

“Bagaimana aku bisa tidur kalau kakimu terus saja bergerak, itu benar-benar mengganggu!” tukas Byul singkat.

“Ahhhh...maaf aku mengganggu tidurmu” Ahneul diam sejenak, “Byul-ah, apa kau pernah menyukai kucing betina?” celetuk Ahneul.

“Tentu saja pernah, kenapa?”

“Kapan? Aku tidak pernah melihatmu mendekati kucing betina? Padahal aku ingin sekali punya kucing kecil dari keturunanmu” Ahneul lagi-lagi nyeplos tanpa rem.
Uhuuukkkkk....

“Kau ini benar-benar majikan tidak pengertian, aku ini masih muda, bagaimana bisa kau menyuruhku punya anak. Lagian aku ini kucing berkelas, jadi aku tidak mau sembarangan mendekati kucing betina” sanggah Byul yang masih membelakangi Ahneul.

“Ciihh... dasar kucing sok!” lalu tanpa peringatan Ahneul mendorong tubuh Byul sampai jatuh dari ranjang.

“Awwwww.....Hyaaaaa, kau benar-benar majikan terkejam yang pernah aku tau” pekik Byul kesal sambil memegangi pingganggnya yang dengan kasar menyentuh lantai.

“Sudahlah...kau tidur di bawah saja!” Ahneul langsung menguasai seluruh ranjangnya dengan tangan dan kaki terlentang.

~~~

Pagi-pagi sekali Byul membangunkan Ahneul agar segara melancarkan rencana awal, pergi ke pusat perbelanjaan dan salon kecantikan. Dengan semangat menggebu, Ahneul menyiapkan dirinya untuk bertemu dengan sang pangeran pujaan hati.

Sesampainya di sebuah pusat perbelanjaan, Ahneul memilih-milih beberapa potong baju yang terkesan oldish menurut Byul. Berkali-kali Byul hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat majikannya yang tidak bisa memilih barang yang kekinian. Lama-lama Byul pun geram dan menunjukkan beberapa potong dress yang lebih kekinian dari pada pilihan Ahneul. Cukup lama Ahneul mencoba dress yang dipilihkan Byul, dan sampai akhirnya sang putri kesiangan itu keluar dari ruang ganti.

“Bagaimana?” Ahneul menggoyang-goyangkan baju yang dipakainya di depan Byul.

“Itu cocok untukmu” balas Byul yang menandakan jawaban iya.

Kini mereka berdua tengah duduk dengan menyilangkan kaki di depan sebuah gedung agensi dari Woohyun. Mereka berdua menyesap banana milk ditangan mereka sambil menatap kerumunan fangirl yang sudah berkerumun di pinggir pintu gedung itu untuk mendapatkan posisi depan.

“Waahhhh....tampan sekali namja itu” sahut gadis yang sekedar lewat di depan Byul.

“Iya, dia tampan sekali seperti seorang idol” sambung rekannya dan berlalu pergi dari hadapan Byul dan Ahneul tapi tetap memusatkan pandangan ke Byul.

“Aiisshhhhh... apa mereka pikir kami tidak bisa mendengarnya, dasar gadis jaman sekarang terlalu frontal” celetuk Ahneul mendengar ocehan para anak-anak sekolah itu.

“Eheeemm....eheemmm... wajar saja mereka seperti itu karena melihat pria setampan diriku” Byul sedikit merapikan rambutnya dengan jari-jari tangan dan berlagak layaknya seorang bos besar.

“Ingat kau itu seekor kucing” Ahneul menegaskan kata seekor kucing untuk memperjelas.

“Lebih tepatnya aku adalah seekor kucing jantan yang sangat tampan” Byul pun juga tak mau kalah dengan menegaskan kata sangat tampan tepat di depan wajah Ahneul.

Di sela acara berdebat mereka, akhirnya yang ditunggu datang juga. Woohyun sang superstar turun dari mobil sportnya dengan gaya maskulin yang ditunjukkannya. Dalam sekejap Byul mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, sebuah cream pemutih untuk Ahneul.

“Pakai ini sekarang, cepat!!” titah Byul yang langsung dituruti Ahneul tanpa bertanya terlebih dahulu.

Namun belum selesai memakai cream itu, Ahneul baru sadar untuk menanyakan apa yang sekarang sedang dipakainya. Tanpa basa basi, Byul langsung menjelaskan secara singkat tentang cream itu. Setiap orang yang memakai itu maka wajahnya akan terlihat bercahaya di depan orang yang diincarnya. Mendengar penjelasan itu, Ahneul hanya manggut-manggut saja sambil meneruskan mengoleskan cream itu sebanyak-banyaknya, pikirnya itu akan lebih manjur.

Sebelum Woohyun benar-benar masuk ke gedung agensinya, Ahneul segera berlari ke kerumunan para fangirl berharap Woohyun melihatnya.

Tanpa disangka Woohyun benar-benar melihat ke arah Ahneul yang terlihat bercahaya seperti malaikat. Tapi.... seketika Woohyun langsung menggunakan kacamata hitam karena pantulan cahaya dari wajah Ahneul yang menurutnya terlalu menyilaukan. Woohyun langsung berlari tunggang langgang karena pikirnya itu adalah hantu yang sedang mengikutinya.

Melihat reaksi Woohyun, Byul langsung memeriksa sisa cream yang diberikannya pada Ahneul. Bingo... kosong! Ahneul menghabiskan cream pemutih itu sekali pakai. Byul seakan manahan emosi dengan tingkah konyol majikannya.

“Astagaaa... apa kau gila? Pantas saja Woohyun bahkan sama sekali tidak melirikmu. Baiklah kita mulai rencana kedua” gerutu Byul pada majikannya yang sok tau itu.

“Mian, aku tidak tau ternyata efeknya seperti itu” Ahneul menundukkan kepalanya dan raut wajah menyesal dengan tingkah bodohnya.

Byul langsung menyusun rencana selanjutnya agar Woohyun mengetahui keberadaa Ahneul. Benda selanjutnya yang dikeluarkan Byul adalah parfum. Kali ini Ahneul terlihat sangat berhati-hati memegang benda tersebut. Ahneul menyemprotkan secukupnya parfum tersebut sesuai instruksi Byul. Dengan kelihaian Byul, kini mereka berdua sudah berada di dalam gedung agensi Woohyun. Entah bagaimana caranya mereka bisa lolos dari pengawasan ketat penjaga. Mereka mengedarkan pandangan mencari dimana Woohyun berada, dan akhirnya mereka menemukan Woohyun berada di sebuah ruang tunggu.

“Baiklah, kau sekarang hanya perlu lewat di depannya, kau jangan bertingkah sebagai seorang fangirl, kau harus tetap tenang” titah Byul yang sekarang jauh lebih cerewet dari biasanya.

“B-b-baiklah...” dengan penuh keraguan Ahneul melangkahkan kakinya lewat di depan Woohyun. ‘Tenangkan dirimu Shin Ahneul, kau pasti bisa, fighting!’ gadis itu menyemangati dirinya sendiri dalam hati.

Dengan jalan yang dibuat sesantai mungkin, Ahneul mulai lewat di depan Woohyun. Woohyun yang sebelumnya berkonsentrasi dengan ponselnya, langsung teralihkan pandangannya begitu mencium aroma yang memanjakan indera penciumannya.

‘Aroma ini...’ batin Woohyun seraya menikmati aroma yang diciumnya.

“Tunggu dulu...” sahut Woohyun menghentikan langkah Ahneul.

‘Yesss..berhasil!’ gumam Byul di sudut tembok yang tengah mengamati kerja majikannya itu.

“N-n-nne... a-a-ada a-apa?” balas Ahneul terbata-bata.

“Siapa kau?” lanjut Woohyun mengintrogasi.

“A-a-aku...eemmm.. na-namaku S-S-Shin Ahneul”

Brakkkkk....

Tanpa disangka, ternyata Ahneul masih belum sanggup berdiri sangat dekat dengan Woohyun. Gadis itu malah pingsan tepat setelah mengucapkan namanya.

“Heeiii... kau kenapa, cepat bangun nona...nona, ireona!” Woohyun menahan tubuh Ahneul agar tidak menyentuh lantai, dia juga menepuk-nepuk pipi Ahneul agar gadis itu sadarkan diri.

“Aiissshhh.... sial, kenapa juga dia harus pingsan!” gerutu Byul yang masih memantau di sudut tembok. Tanpa pikir panjang, Byul langsung keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri Ahneul yang masih belum sadar.

“Maaf tuan... biar saya yang urus pegawai baru ini, sepertinya dia kurang sehat” celetuk Byul beralibi.

“Ooooh... dia pegawai baru, pantas tidak pernah liat” balas Woohyun polos.



~~~TBC~~~


0 komentar:

Posting Komentar