Minggu, 15 November 2015

Love Cells Part 2 / FF Infinite



Title : Love Cells Part 2
Cast : Shin Ahneul, L as Byul / Kim Myungsoo, Nam Woohyun, Lee Gaeun
Genre : Romance, lil bit comedy, fantasy
Rated : PG 15
Author : Kim Ara

#Before

Brakkkkk....

Tanpa disangka, ternyata Ahneul masih belum sanggup berdiri sangat dekat dengan Woohyun. Gadis itu malah pingsan tepat setelah mengucapkan namanya.

“Heeiii... kau kenapa, cepat bangun nona...nona, ireona!” Woohyun menahan tubuh Ahneul agar tidak menyentuh lantai, dia juga menepuk-nepuk pipi Ahneul agar gadis itu sadarkan diri.

“Aiissshhh.... sial, kenapa juga dia harus pingsan!” gerutu Byul yang masih memantau di sudut tembok. Tanpa pikir panjang, Byul langsung keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri Ahneul yang masih belum sadar.

“Maaf tuan... biar saya yang urus pegawai baru ini, sepertinya dia kurang sehat” celetuk Byul beralibi.

“Ooooh... dia pegawai baru, pantas tidak pernah liat” balas Woohyun polos.


#Love Cells Part 2 ~~ Takdir

Byul berjalan mondar-mandir di depan Ahneul yang baru saja sadar. Mereka kini kembali berada di rumah atap milik Ahneul. Byul memikirkan cara selanjutnya untuk membuat Ahneul bisa dekat dengan Woohyun, karena waktu Ahneul yang tersisa 7 hari sebelum sel cintanya mati.

Drrtt....drrttt....

Ponsel Ahneul bergetar, tertera satu pesan diterima di layar touchscreen miliknya. Ahneul berpikir sejenak karena pesan yang diterimanya berasal dari nomor baru.

From : +82********
Hai nona.... apa kau sudah baikan? *nwh*

“Dari siapa? Kenapa kau kelihatannya kebingungan?” selidik Byul penasaran.

“Molla.... dia bilang nwh?” balas Ahneul santai.

“Nwh? Coba lihat” Byul mengambil ponsel milik Ahneul untuk memastikan, “Ahaaaa... ternyata dia benar-benar tertarik padamu, ini nomor Woohyun” lanjut Byul antusias.

“MWOOO???” pekik Ahneul seakan tidak percaya.

#Flashback on

Byul membopong tubuh Ahneul yang belum sadar juga. Sementara Woohyun hanya memperhatikan tubuh gadis itu digendong oleh Byul, masih dengan tatapan penasaran.

“Tunggu dulu...” sahut Woohyun menghentikan langkah Byul yang menggendong tubuh Ahneul. “Apa kau pacar gadis ini?” selidik Woohyun.

‘Apa laki-laki ini benar-benar tertarik pada majikanku ini.. Ahhhhh, syukurlah’ Byul masih bermonolog dalam hatinya. “Aaaahhh... tentu saja bukan, aku hanya teman noona ini, dia sama sekali bukan tipeku” sanggah Byul yakin.

“Ohhhh... emmmmm.. apa kau bisa memberitahuku nomor ponselnya?” lanjut Woohyun tanpa ragu.

“Tentu saja!” celetuk Byul penuh keyakinan dan semangat menggebu-gebu.

#Flashback off

“Jadi begitu ceritanya.... aku kira dia tidak akan menghubungimu, tapi ternyata dia benar-benar menghubungimu” ujar Byul meyakinkan pemikiran Ahneul yang seakan tidak percaya.

“Ommooo... Uri Byul, kucingku yang sangat tampan, kau ini benar-benar malaikat penyelamatku” Ahneul mencubit-cubit pipi Byul karena sangking bahagianya.

Byul yang merasa risih dengan perlakuan majikannya langsung menampik tangan Ahneul. Dan menyarankan untuk segera membalas pesan dari Woohyun meskipun sebenarnya tanpa diperintah pun Ahneul akan secepatnya membalas pesan Woohyun.

Drrtttt...drrtttt.....

From : nwh (note: Ahneul langsung menyimpan nomor Woohyun dengan nama nwh)
Apa kau besok bisa datang ke private party yang aku buat?

Bisa ditebak Ahneul sekarang jingrak-jingkrak kegirangan membaca pesan Woohyun yang mengundangnya ke private party yang dibuat pangeran pujaan hatinya itu. Tanpa pikir panjang dan tanpa keraguan, ia langsung membalas dengan jawaban “IYA”.

~~~~

Dengan sigap, Ahneul memilih-milih baju yang akan dikenaka nanti di private party yang dibuat Woohyun. Sekitar 10 dress yang dibawanya untuk dicoba. Tentu saja Byul menjadi sasaran empuk untuk dijadikan penasehat penampilan Ahneul. Secara bergantian Ahneul mencoba semua dress yang dibawanya, tapi tidak ada satupun yang membuat Byul mengatakan “OK”.

Byul berpikir bahwa majikannya ini memang orang yang kolot dan perlu di upgrade. Byul melihat-lihat sekelilingnya dimana banyak gadis-gadis yang tengah berlalu-lalang. Byul mengamati setiap detail penampilan setiap gadis jaman sekarang. Sampai akhirnya dia memilihkan dress selutut bercorak bunga kecil-kecil dengan warna dominan pastel.

“Hyaaaa... apa aku tidak terlihat seperti anak kecil?” gerutu Ahneul yang merasa kurang percaya diri dengan dress yang dikenakannya.

“Anni....kau justru terlihat lebih muda” sahut Byul yang dibarengi dengan gerakan kepalanya yang manggut-manggut menyetujui pendapatnya sendiri.

Ya karena Byul seorang pria, Ahneul percaya-percaya saja dengan pilihan Byul. Dia lekas berdandan di sebuah salon terdekat dan menyiapkan mentalnya.

~~~~

Byul menemani Ahneul di private party Woohyun, tapi Byul hanya menunggu sampai gerbang luar. Pikirnya paling tidak ia bisa melihat Ahneul dari luar. Sebelumnya Byul sudah memberikan satu benda lagi pada Ahneul yaitu sebuah lipstick. Lipstick itu bisa membuat Ahneul terlihat menawan dan menggoda di mata Woohyun.

Ahneul mengedarkan pandangannya mencari sosok Woohyun berada, tapi dia tidak menemukan Woohyun di kerumunan para tamu-tamu dari kalangan artis juga. Tak menyerah juga, Ahneul melanjutkan pencariannya di sekeliling rumah Woohyun yang tergolong sangat besar itu. Tiba-tiba langkah kakinya berhenti tatkala sudut matanya melihat sosok Woohyun tengah menciumi mesra seorang wanita di balkon lantai dua rumahnya. Badannya kaku, lidahnya kelu, matanya memerah panas, kakinya melemas, itulah yang kini dirasakan seorang Ahneul. Seorang Woohyun yang memiliki citra seorang pangeran, telah mencium seorang wanita, lebih tepatnya itu lebih dari sekedar ciuman biasa.

Tubuh Ahneul masih kaku menatap nanar dua orang yang tengah menikmati dunianya. Seketika seluruh tembok harapan yang dibangunnya runtuh total. Seakan sekarang Ahneul pasrah menjadi salah satu orang yang sel cintanya mati.

Tanpa aba-aba dan tanpa diketahui kedatangannya, Byul menarik tangan Ahneul dari tempatnya berdiri. Byul menatap miris ke majikannya yang masih saja mengeluarkan air mata dari pelupuk matanya. Spontan Byul memeluk gadis itu dan menenggelamkannya dalam dadanya.

“Menangislah sepuasmu sekarang” Byul tidak tau harus berbuat apa, pada dasarnya dia sangat paham bagaimana rasanya patah hati, karena Byul pernah ditolak seekor kucing betina milik teman Ahneul. “Kau masih punya waktu seminggu sebelum sel cintamu mati” ucap Byul yang berniat menghiburnya.

“Aku sudah tidak peduli, lagian mana mungkin menemukan seorang yang aku cintai selama seminggu saja, mungkin melupakannya saja akan sangat susah” Ahneul melepaskan diri dari pelukan Byul dan dengan tatapan yakin.

~~~~

Ahneul masih terduduk lemas di sofanya. Tumpukan poster Woohyun yang sebelumnya terpasang rapi di seluruh dinding kamar Ahneul, kini tertumpuk di atas meja di depan Ahneul. Ia hanya menatap kosong ke arah tumpukan poster itu. Dalam pikirannya dua pendapat saling berperang, antara membakarnya atau menyimpannya. Hampir setengah jam dia hanya memandangi tumpukan poster di meja tanpa dapat memutuskannya.

Byul menatap risih majikannya yang terlihat aneh. Ya memang bukan pertama kali Byul melihat majikannya seperti itu, tapi kali ini Byul semakin geram karena waktu kematian sel cinta Ahneul tinggal sebentar lagi. Pikir Byul, Ahneul harus secepatnya mencari pengganti Woohyun.

“Ayolaah... waktumu tidak lama lagi majikan!! Kau harus secepatnya menemukan pengganti Woohyun” bujuk Byul memelas.

“Biarkan aku sendiri dulu, aku tidak mau diganggu” Ahneul menenggelamkan wajahnya di balik bantal yang sedari tadi di pangkuannya.

Byul membuang nafas kasar melihat keadaan majikannya itu. Sekarang kondisinya akan jauh lebih sulit untuk membujuk Ahneul menemukan cintanya agar sel cintanya tidak mati. Byul terus memutar otak agar Ahneul secepatnya melupakan Woohyun dan bergerak lebih cepat tapi hasilnya Byul malah semakin stres dengan pikirannya sendiri.

“Aku benar-benar bisa gila jika terus seperti ini” Byul meninggalkan Ahneul sendiri di sofa ruang tamu.

Byul berbaring di sebuah kursi kayu yang cukup panjang di depan pintu masuk rumah atap Ahneul. Dia memikirkan beberapa kemungkinan dan strategi untuk menyelamatkan sel cinta Ahneul. Sementara beberapa alat-alat pemikat kemarin sudah digunakan.

‘Haaahhhh... sekarang hanya tinggal lotion pencerah saja... Hyaaaa, sel cinta, aku harus bagaimana? Apa aku harus menyingkirkan gadis yang ternyata pacar Woohyun itu? Atau aku harus mencari laki-laki lain?’ gumam Byul yang bermonolog ria.

Karena terlalu menikmati cuaca sejuk dengan angin yang berhembus, membuat Byul terlelap dalam tidurnya. Ya layaknya seekor kucing, Byul tidur dengan tingkah yang sangat menggemaskan seperti seekor kucing kecil.

~~~~

Langit biru yang mulai berganti menjadi warna khas senja, membuat Byul terbangun dari tidurnya dan bergegas menuju ke dalam rumah. Dia khawatir jika Ahneul hendak melakukan hal yang tidak-tidak.

Braakkkkk.....Ouucchhhhh.....

Tanpa sengaja dan setengah berlari, Byul menabrak Ahneul yang baru saja keluar dari kamar mandi. Karena insiden tabrakan itu, mereka berdua limbung ke lantai dengan posisi Byul berada di atas tubuh Ahneul. Dan tanpa sengaja juga bibir mereka sedikit menempel. Dengan sigap Byul dan Ahneul langsung mengihindar dari posisi itu.

“Hyaaaa.... kucing cabul, berani-beraninya kau!!” pekik Ahneul.

“Hyaaa.... majikan mesum, kau itu kalau jalan liat-liat, bukan salahku juga jika aku bertabrakan denganmu” balas Byul tak mau kalah.

Semenjak insiden itu, Byul dan Ahneul tidak banyak berinteraksi. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing, entah apa yang mereka pikirkan kini. Sementara deadline Ahneul sebelum sel cintanya mati tinggal menunggu hari lagi.

Ahneul duduk bersila di sofanya seraya memakan beberapa makanan berkalori tinggi. Byul hanya menatap majikannya itu risih, pikirnya bagaimana bisa seorang wanita bertingkah tidak peduli terhadap penampilannya. Byul kini berusaha untuk menetrasilir suasana canggung yang tercipta karena insiden tadi. Karena semakin lama mereka diam, maka semakin pendek waktu yang ada untuk menyusun strategi mencari cinta untuk Ahneul.

“Emmmm...majikan, kita harus mulai lagi untuk mencari pasanganmu sebelum deadline” tandas Byul berusaha sesantai mungkin.

“Emmmm...” balas singkat Ahneul tanpa melihat ke arah lawan bicara dan masih memakan makanannya.

“Hyaaaa....aku ini berniat membantumu, bagaimana bisa kau bersikap secuek itu?” bentak Byul yang semakin kesal dengan sikap majikannya.

“Aku tidak menyuruhmu untuk membantuku” balas Ahneul datar lagi.

Byul menahan semua umpatan yang sudah mengalir lancar di otaknya. Daripada dia berdebat tidak berguna dengan majikannya, dia lekas pergi dari rumah atap Ahneul. Satu hal yang ingin dilakukannya sekarang, bertemu dengan Woohyun, pikirnya mungkin saja Woohyun dapat dia buat memutuskan pacarnya dan menerima Ahneul.

~~~~

Entah bagaimana caranya, kini Byul sangat dengan mudah memasuki gedung agensi dari Woohyun. Dia dengan leluasa mengelilingi gedung untuk mencari Woohyun. Dan sampai akhirnya dia melihat seseorang berada di ruang latihan koreo, ya itu adalah Woohyun yang dicarinya.

Byul mendekati Woohyun yang tengah duduk dengan nafas tersengal-sengal. Byul memegangi sebuah kantong yang berisi serbuk. Serbuk itu adalah serbuk yang dapat membuat orang jatuh cinta pada orang yang dituju. Memang cara ini adalah cara terlarang, namun Byul sudah putus asa melihat Ahneul seperti itu. Byul tidak tega melihat Ahneul tidak memiliki perasaan sama sekali, entah motivasi apa yang mendorong Byul.

Dengan cepat Byul menyebarkan serbuk itu ke tubuh Woohyun. Melihat tingkah Byul yang menyebarkan serbuk kepadanya, justru membuat Woohyun mengelurkan semua umpatan. Pikir Woohyun, Byul sudah membuat tubuhnya kotor, juga dengan lantai di ruang latihan. Byul sedikit heran dengan reaksi Woohyun, bahkan serbuk itu tidak bercahaya ketika disebar.

“Tunggu Nam Woohyun, siapa orang yang kau cintai?” sela Byul menegaskan.

“Ciihhh... kau wartawan ya?” diam sejenak dan melemparkan tatapan menantang, “Baiklah, memang aku berencana untuk melakukan presscon dan mengumumkan hubunganku dengan Gaeun, puas?” Woohyun melenggang pergi meninggalkan Byul yang masih kebingungan dengan situasi yang terjadi.

“Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa serbuk ini tidak bekerja? Apanya yang salah?” Byul bermonolog ria sambil melihat-lihat bungkus serbuk itu, “Tunggu..... tanggal expired bulan lalu? Aaahhhhh, dasar bodoh!” Byul masih bermonolog, kali ini dia menyalahkan kebodohannya sendiri dengan memukul-mukul kepalanya.

Byul berjalan menuju rumah atap Ahneul, Byul semakin kebingungan, apa lagi yang akan dia lakukan sekarang. Tiba-tiba disela renungannya di jalanan, Byul mengingat insiden yang terjadi antara dirinya dengan Ahneul. Tanpa ia sadari senyum kecil tersungging di sudut bibirnya.

‘Tunggu... Hyaaaa, Byul apa yang kau pikirkan... dia bukan kucing betina yang kau impikan, hanya kucing milik keluarga Jung itu yang kau suka’ Byul memukul-mukul pelan kepalanya karena pikiran tidak masuk akal yang baru saja dibayangkannya.

~~~~

H-3 sebelum deadline sel cinta Ahneul mati. Ahneul terus saja berdiam diri di rumah atapnya, dia berhari-hari membolos dari pekerjaannya. Hanya menatap kosong layar televisi dan memakan makanan junk food. Jika orang luar melihatnya mungkin Ahneul dipikir seperti mayat hidup. Entahlah, sampai sekarang pun Byul justru menghindar dari Ahneul, karena itu Ahneul hanya sendirian di rumahnya.

Tapi sebenarnya Byul ada di luar rumah Ahneul, dia menghindar karena alasan yang belum bisa diterima akal sehatnya. Dia merenung memikirkan apa yang harus dilakukannya pada Ahneul sekarang. Sementara waktu tidak bisa menunggu lagi.

Ahneul masih terlihat terpaku pada layar televisinya. Dia menatap datar drama yang tengah ditontonnya, ya sepertinya justru televisi yang menonton Ahneul bukan sebaliknya. Tapi kali ini sebuah adegan di drama itu membuat Ahneul memajukan posisi duduknya dan membuka mata selebar-lebarnya. Sebuah adegan kissing yang mengingatkannya pada satu hal, insiden dengan Byul.

“Aku baru sadar, ternyata seperti itu rasanya jika bibir bersentuhan dengan lawan jenis” tanpa sadar Ahneul melontarkan kalimat itu seraya memegangi bibirnya. “Tunggu..... Shin Ahneul, apa kau sudah gila? Dia itu seekor kucing, dia bukan real namja!” pekiknya pada diri sendiri. “Tapi... andai saja Byul itu benar-benar manusia, mungkin.... aahhhh lupakan saja Shin Ahneul!” lanjut Ahneul yang masih bermonolog ria.

~~~~

H-2 sebelum deadline sel cinta Ahneul mati. Byul dan Ahneul masih main kucing-kucingan (Byul kan emang kucing kali thor). Tidak ada satupun dari mereka yang saling sapa. Byul tidur di luar rumah seakan tidak mau lama-lama berdua dengan Ahneul di dalam rumah. Pikirnya itu akan sangat berbahaya. Tapi sejujurnya Byul mengkhawatirkan keadaan Ahneul nantinya, karena waktu yang semakin memendak menuju deadline, namun tidak banyak yang bisa dia lakukan.

Ahneul pun sebenarnya juga merasa khawatir dengan nasibnya nanti ketika sel cinta mati dari tubuhnya. Dia terus berpikir kenapa Byul sama sekali tidak menyusun strategi seperti dulu ketika berniat mendapatkan Woohyun. Pikirnya Byul sudah tidak peduli padanya. Berniat untuk memastikan, Ahneul memberanikan diri memulai percakapan.

“Byul-ah.... apa kau masih marah padaku?”

“A-a-anni... a-aku hanya memikirkan cara untukmu agar sel cintamu tidak mati” balas Byul beralibi.

“Byul-ah... sepertinya aku tidak akan menemukan sosok yang aku harapkan dari manusia di seluruh penjuru Korea ini” Ahneul menundukkan kepalanya menatap kakinya yang ia goyang-goyangkan ke depan-belakang.

“Hyaaaa... kau sudah punya seseorang yang ingin kau jadikan target? Memangnya dari negara mana? Kita harus segera kesana kalau memang ada harapan” ucap Byul antusias.

“Emmmm... dia tidak tinggal di luar negeri kok... Aaaahhh, lupakan saja” lanjut Ahneul sambil melenggang pergi.

Ucapan Ahneul justru memberikan tanda tanya besar di benak Byul. Dia tidak paham dengan maksud gadis itu meskipun Byul sudah setahun lebih tinggal dengan majikannya itu.

~~~~

H-1 sebelum deadline sel cinta Ahneul mati. Ahneul semakin pasrah dengan nasibnya sekarang ini, karena hanya tinggal hitungan jam maka semaunya akan berubah. Ahneul akan menjadi bagian dari orang yang hanya bisa merenung tanpa bisa berekspresi.

Sementara Byul semakin mengkhawatirkan kondisi majikannya itu. Dia masih belum paham dengan maksud majikannya tempo hari. Padahal kurang dari 20 jam dari sekarang, hidup Ahneul akan menjadi gelap. Entah karena apa, kekhawatiran Byul lebih dari sekedar agen sel cinta. Tapi dengan berbagai pikiran, Byul mencoba menampik pikiran itu, karena hal itu sesuatu yang sangat tidak mungkin.

Waktu terus berputar, tidak ada yang bisa Byul lakukan untuk Ahneul. Sementara Ahneul sudah menyiapkan diri untuk kehilangan sel cintanya. Dia menulis surat resign dari pekerjannya dan dia membuang semua poster Woohyun. Ahneul menatap kosong ke arah langit yang dihiasi bintang-bintang.

1 jam sebelum kematian sel cinta. Byul menatap sendu ke arah majikannya yang tengah berbaring di luar rumah. Dia merasa tidak tega hal itu akan terjadi pada Ahneul.

‘Lakukanlah Byul, tidak ada yang salah dengan perasaanmu’ Byul tiba-tiba mendengar suara bisikan entah dari mana, dia mengedarkan pandangannya ke daerah sekitar, tapi nihil. Namun tidak lama kemudian, Byul sadar suara itu berasal dari tubuhnya, ya lebih tepatnya sel cinta yang tengah menetap di tubuhnya.

“Lakukan? Apa aku harus melakukannya?” ucap Byul pada dirinya sendiri tentu saja dia berucap dalam hati.

Dengan penuh keyakinan bulat yang baru saja diputuskan olehnya, Byul datang mendekati Ahneul yang tengah berbaring sambil menutup matanya. Byul berniat secepatnya mengatakannya karena pikirnya sisa waktu Ahneul kurang dari 30 menit lagi.

“Shin Ahneul...” panggil Byul yang kini berdiri di samping Ahneul yang masih dengan posisi tiduran. Yang dipanggil hanya sedikit membuka mata, dia melirik ke arah Byul dari ekor matanya.

“Tumben kau memanggil namaku... wae?” balasnya malas.

“Iroena...jigeum!” melihat Byul yang mengucapkan setiap kata-katanya dengan serius, Ahneul langsung menuruti perintah Byul. Dan tanpa aba-aba, Byul memeluk Ahneul erat.

“Hyaa-hyaaaaa... kau ini kenapa Byul? Lepaskan...” Ahneul meronta berusaha melepas pelukan Byul.

“Diamlah sebentar, biar tetap seperti ini dan jangan melihat wajahku sekarang” titah Ahneul yang membuatnya langsung terdiam, entah rasanya Ahneul seperti langsung tersihir oleh setiap kata-kata Byul. “Aku tau ini konyol, tapi sebelum kau kehilangan perasaanmu, aku ingin mengatakan semuanya” Byul terdiam sejenak sambil mengatur nafasnya yang tidak karuan.

Deg...deg...deg...deg...

“Aku.... aku... eemmmm, entah ini semenjak kapan, aku...” semua kata-kata yang ingin Byul katakan, rasanya seperti tercekat di tenggorokan. ‘Siaaall... ayolah Byul, turunkan egomu!’ batin Byul merutuki dirinya sendiri.

“Byul, apa kau...”

“Aku menyukaimu!” celetuk Byul menginterupsi ucapan Ahneul.

“Byul....” Ahneul mencoba melepaskan pelukan Byul, tapi Byul masih belum mau Ahneul melihat wajahnya. Mereka masih dalam posisi berpelukan tapi saling diam, tidak ada yang memulai pembicaraan setelah pengakuan mengejutkan itu.

1 menit

2 menit

3 menit

Tangan Ahneul yang sebelumnya tidak membalas pelukan Byul, kini tiba-tiba mengeratkan pelukannya dengan melingkarkan tangannya di tubuh Byul. Ahneul semakin menenggelamkan wajahnya di dada Byul.

“Byul-ah... kau benar-benar kucing bodoh yang memilih betina tua seperti aku” Ahneul terdiam sejenak seakan menahan isakannya. “Tapi aku jauh lebih bodoh karena aku.... aku menyukai seekor kucing”

Pengakuan Ahneul membuat Byul melepaskan pelukannya, dia bengong mendengar pengakuan itu. Pikirnya dia salah dengar atau tidak. Jadi kenyataannya sekarang, Ahneul akan selamat karena dia menemukan seseorang yang dia suka setelah tersakiti karena Woohyun.

“Ba-ba-bagaimana bisa? Kau benar-benar menyukaiku?” tanya Byul meyakinkan, tetapi yang ditanya masih menundukkan kepala tak mau melihat Byul.

Namun tiba-tiba Byul merasa mual dan seakan ada sesuatu yang mendorong isi perutnya untuk keluar. Byul menutup mulutnya dengan tangan karena dia seperti mau muntah saat itu juga. Melihat hal itu membuat Ahneul kebingungan, pikirnya apa yang terjadi pada Byul. Ahneul menepuk-nepuk punggung Byul agar Byul sekalian memuntahkan isi perutnya, menurutnya itu akan membuat Byul jauh lebih membaik.

Huweekkkk......

Byul memuntahkan sesuatu, bukan makanan tapi sebuah bola merah yang terlihat kenyal.

“Bu-bu-bukannya itu sel cinta yang dulu kau makan?” Ahneul menunjuk ke arah bola merah itu.

Seketika itu pula Byul langsung tersadar bagaiaman dulu dia bisa berubah menjadi manusia. Byul langsung memeriksa tubuhnya, memastikan apa dia kembali berubah menjadi kucing.

“Uhuuukkkk....uhuuukkk... kau jangan panik seperti itu, kau akan tetap jadi seorang manusia” celetuk bola merah itu tiba-tiba dan kemudian melayang di depan wajah Byul dan Ahneul.

“Bagaimana bisa?” tanya Byul ragu-ragu.

“Haahhh... entahlah, takdir memang susah ditebak... Jadi sekarang kau seutuhnya menjadi manusia... dan untuk kau Shin Ahneul, selamat karena kau menemukan seseorang yang kau cintai di ujung waktumu, jadi kau jangan khawatir, sel cintamu tidak akan mati” cerocos benda bulat merah itu, sementara yang diberi penjelasan hanya diam tak percaya.

“Oiyaaa... kalian cukup melihatku heran seperti itu, aku tidak suka dilihat orang terlalu intens.... Byul-ah, karena kau sekarang seoran manusia, jadi kami menyiapkan identitas baru untukmu” entah datang darimana, tiba-tiba ditangan Byul ada setumpuk kertas dan beberapa ID card (sumpah ini gk penting bgt si sel cinta, hahahahha). “Sekarang kau punya identitas sendiri sebagai manusia, namamu Kim Myungsoo, ingat itu!” lanjut si sel cinta.

“Aku... manusia?” tanya Byul tak percaya.

“Byul sekarang... manusia?” tanya Ahneul juga tak percaya.

“Haaahhhh.... kalian ini, kau ini benar-benar manusia, dan kau Shin Ahneul, sekarang Byul mu itu sudah tidak ada, sekarang yang ada adalah KIM MYUNGSOO” sel cinta memperjelas nama yang ia sebutkan. “Membosankan.... sekarang aku harus pergi, aku harus beristirahat... bye all, selamat bersenang-senang dengan cinta kalian”

Syuuutttttt..... cliiiinggggg....

Sel cinta yang berbentuk bulat dan berwarna merah itu terbang dan menghilang di langit. Ia meninggalkan Byul eh maksudnya sekarang Myungsoo dan Ahneul berdua. Mereka berdua masih saling menatap tidak percaya, pipi mereka pun kini bersemu merah. Lagak sok cool milik Myungsoo kini hilang sudah. Setelah terdiam lama, akhirnya senyum kecil plus malu-malu akhirnya muncul dari kedua orang ini. Pikir mereka ini seperti sebuah cerita dongeng percintaan Shrek si Ogre dan putri Viona yang seorang manusia. Takdir yang tidak terduga membuat mereka dipersatukan oleh ikatan yang masih terlihat aneh bagi mereka. Saya sebagai Author sendiri juga merasa aneh, hahhahha. Keut!!


~~~END~~~

Okeeey, akhirnya selesai juga, sorry buat ending yang gak jelas bgt... plis comment ya girls!! #pyeong



Love cells Part 1 / FF Infinite



Title : Love Cells (Part 1)
Cast : Shin Ahneul, L as Byul / Kim Myungsoo, Nam Woohyun, Lee Gaeun
Genre : Romance, lil bit comedy, fantasy
Rated : PG 15
Author : Kim Ara


Cerita FF ini diadaptasi dari web drama “Love Cells” tapi dengan cerita yang berbeda. Happy reading girls...


(Author POV)

Cinta? Jangan pernah berharap kata itu terlintas dipikiran gadis ini. Baginya hanya pekerjaan yang utama baginya dan fangirling tentunya. Ya bisa dikatakan dia terlalu terlena dengan kehidupan sebagai seorang karyawan dan fangirl. Baginya cinta hanya ditujukan untuk pangeran impiannya yang sebenarnya seperti tidak mungkin digapainya. Terang saja cintanya hanya tertuju pada seorang idol terkenal di seantero Korea, Nam Woohyun.

Shin Ahneul, gadis lajang yang saat ini sudah menginjak umur 27 tahun. Pengalaman tentang cinta? pasti dia hanya akan menjawab dengan nama Nam Woohyun. Rasanya sangat sulit baginya untuk kembali ke kehidupan nyatanya. Nam Woohyun adalah satu-satunya lelaki yang ada di otaknya, si Pangeran tampan dari surga, itulah yang ada dipikirannya.

"Ahneul-ah, bukannya kau ada kencan buta? kenapa kau malah mengambil pekerjaan di akhir pekan? " sahut Eunmi yang merupakan rekan sekantornya yang sangat paham dengan tabiat rekannya itu.

Eoh, Ahneul adalah seorang karyawan di sebuah majalah hiburan. Karena itu dia sangat akrab dengan dunia hiburan, dan hal ini juga yang memudahkan dia untuk ber-fangirling ria.

“Kau pikir aku berniat datang di kencan buta yang sudah diatur ibuku?” Ahneul membuang muka dan kembali ke layar laptopnya.

“Aiisshh...kau ini, sampai kapan kau akan betah hidup melajang seperti ini?” Eunmi geleng-geleng kepala seakan menyerah untuk menasehati sahabatnya itu. “Baiklah aku pulang dulu, selamat berkencan dengan pekerjaanmu itu” Eunmi menegaskan kata berkencan agar rekannya itu sadar dan seketika melenggang pergi.

“Aku yang menjalani tapi kenapa mereka yang repot, apa mereka pikir aku juga tidak ingin cepat menikah, tentu saja aku ingin, tapi Woohyun masih sangat jauh, bagaimana menurutmu Byul-ah?”

Tentu saja saat ini Ahneul tidak sendirian di ruangannya, dia ditemani seekor kucing. Oke perlu digaris bawahi yang dia ajak bicara dan dimintai pendapat tadi adalah seekor kucing. Memang setiap hari Ahneul selalu membawa kucing kesayangannya itu ke kantor. Jadi jangan heran kalau terkadang dia seperti berbicara sendiri. Byul nama kucing itu, kucing jantan berwarna hitam jenis persia.

Beberapa menit dia terus berkonsentrasi dengan layar laptopnya tanpa menghiraukan Byul yang terus ‘mengeyong’ tak jelas. Tapi lama kelamaan Ahneul pun tak tahan dengan suara Byul yang terbilang sangat berisik kali ini.

“Oke, sekarang apa maumu Byul? Aku sudah memberimu makan, kalau kau mau mengajakku bermain, ini bukan waktunya, oke!” Ahneul sekilas menoleh ke arah Byul dan kembali mengarahkan pandangannya ke pekerjaannya.

“Meyooong.... meyooong!”

“Hyaaaa.... Byul-aah... henti...” seketika Ahneul tak mampu menyelesaikan kalimatnya, rasanya seperti tercekat di tenggorokan, mulutnya menganga dengan tatapan tak percaya. Dia tercengang dengan apa yang dilihatnya di atas Byul, sebuah benda bulat merah melayang-layang di atas kepala Byul. “Mwoya Ige?” Ahneul tak sanggup menyembunyikan perasaan kaget, takut, heran, dan penasaran dengan benda itu. Dengan gerakan pelan, Ahneul mencoba meyentuh benda itu, tapi...

“Heeiii...jangan berani-berani menyentuhku!” benda itu berbicara, ya ini adalah kata yang keluar dari benda bulat berwarna merah, sontak ini membuat Ahneul memundurkan tubuhnya karena kaget.

“Mwo? Apa-apaaan ini? apa aku mimpi? Ahhh....sadarlah kau Shin Ahneul!” gadis ini menampar-nampar pipinya untuk menyadarkan diri dari mimpinya.

“Kau tidak mimpi gadis bodoh, hentikan tingkah konyolmu... Aku adalah sel cintamu, yang akan menjadi penuntun menuju cintamu” jelas benda bulat merah itu yang masih melayang-layang.

“M-m-mwo? Sel cinta? Aahhh aku pasti masih mimpi sekarang” Ahneul sekarang mencubit tangannya sekencang-kencangnya. “Awwwww....Appo!” pekik Ahneul karena tindakan bodohnya sendiri.

“Kau sudah sadar kan ini bukan mimpi, aku datang karena kau pada masa kritis, kau harus secepatya menemukan cintamu, sebelum sel cintamu mati” jelasnya lagi.

Disisi lain, Byul terus menatap penuh tanda tanya ke arah benda bulat berwarna merah yang ada di atasnya. Sepertinya Byul berpikir itu adalah makanan sejenis tikus yang selama ini tidak pernah dirasakannya. Byul dengan insting hewannya mencoba meraih benda melayang itu dengan sedikit melompat-lompat.

“Hyaaaa... singkirkan kucingmu ini... hussshh...husshhh...sana pergi, aku bukan makananmu!” benda ini sedikit menghindar dari raihan Byul yang berusaha menangkapnya.

Sementara Ahneul justru menatap aneh ke kucingnya dan benda melayang yang menyebut dirinya sel cinta itu. Sebenarnya dia masih bingung dengan penjelasan sel cinta itu, karena itu dia terpaku memikirkannya.

Haappppp...nyaammmm...nyaammmm...

“Aakkkk.... andweeeeee!!” pekik benda itu diakhir kesempatannya berada di rongga mulut Byul.

“Ahhhhh.... dia sudah dimakan Byul, ya sudahlah!” Ahneul menanggapi cuek kejadian di depannya dan kembali ke pekerjaannya.

Tapi ternyata itu bukan akhir dari kejadian aneh yang menimpa Ahneul. Kucing yang selama setahun ini menjadi teman setianya tiba-tiba mengeluarkan seberkas cahaya yang cukup menyilaukan mata. Karena tak tahan dengan pancaran cahaya itu, Ahneul menutup mata sipitnya secara reflek. Dan betapa kagetnya ketika cahaya itu menghilang, sosok lelaki tampan berdiri dihadapannya dan Byul menghilang entah kemana.

“A-a-apa la-la-gi ini? Si-siapa k-ka-kau? Dan ka-kau kemanakan Byul-ku?” Ahneul masih merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya, sontak dia berdiri dari kursinya dengan mulut semakin terbuka lebar, pikirnya bagaimana bisa orang ini masuk ke ruangannya disaat pintunya terkunci, apa lelaki ini jatuh dari surga? Itulah yang tiba-tiba muncul dipikiran Ahneul yang masih tercengang.

“Aku adalah Byul majikan” lelaki itu menjawab malas pertanyaan Ahneul yang dipanggilnya majikan. Sementara yang dijawab pertanyaannya justru semakin membuka mulutnya lebih lebar seakan mengatakan ‘Apa aku sudah gila?’. “Aahhhh... gara-gara memakan sel itu aku jadi punya tugas yang berat” Byul dengan santainya duduk di kursi yang ada di depan Ahneul.

“Ma-maksudmu?” lanjut Ahneul yang masih terbata-bata.

“Di tubuhku ini jadi ada sel cinta yang harus menuntunmu untuk mendapatkan cintamu, kalau tidak sel cintamu akan mati” jelas Byul malas seraya melihat-lihat buku yang ada di meja Ahneul.

“Memangnya kenapa kalau sel cintaku mati, sepertinya tidak terlalu mengerikan” sanggah Ahneul malas yang sudah mulai terbiasa dengan penampilan Byul yang ada di depannya.

“Hyaaaa...pabo!! apa kau tau apa yang terjadi jika sel cinta mati?” pertanyaan ini seketika langsung dijawab dengan gelengan kepala dari Ahneul. “Ada tiga tahap saat sel cinta mati. Tahap satu, saat tahun pertama setelah putus, kau tak akan merasakan waktu telah berlalu karena kau merasa luka begitu pedih”

“Lalu?” Ahneul menatap serius ke arah Byul.

“Lalu tahap kedua, kau mulai khawatir dan menumpahkan kekesalan atas kesalahanmu”

Ahneul kali ini tidak menanggapi, dia membuang muka dan mengarahkan pandangannya ke jendela yang ada disampingnya.

“Tahap terakhir saat sel cinta mati, kau tak memiliki emosi lagi”

“Benarkah?” Ahneul berpikir sejenak seraya memegangi dagunya, “Sepertinya tidak terlalu mengerikan, selama ada Woohyun yang selalu mengisi mimpiku” lanjut Ahneul dengan muka sepolos-polosnya.

Braaakkkkk

“Hyaaaa... majikanku yang terhormat, apa kau sinting? Kau bilang tidak memiliki emosi bukan hal yang mengerikan” kali ini Byul menatap majikannya itu dengan tatapan geram. “Baiklah, sel cinta bilang dia akan menunjukkan padamu bagaimana kalau manusia tidak memiliki emosi lagi” dengan jentikan jari dan entah bagaimana caranya, kini Ahneul dan Byul sudah berada disuatu ruangan yang berisi beberapa orang yang hanya duduk terdiam.

Byul dan Ahneul duduk diantara manusia yang tanpa sel cinta, dan Ahneul pun mengenalkan dirinya pada beberapa orang tersebut.

Korban 1 : Bad Girl, Kim Ririn
Seorang wanita dewasa yang tengah memakai kacamata hitam. Dia memiliki fisik yang sempurna dan sebenarnya bisa saja meluluhkan hati semua laki-laki di depannya, tapi dia terlambat. “Seperti kalian lihat, aku sangat cantik dan sexy sampai membuat para lelaki berebut karenaku, tapi aku kehilangan segalanya” ucapnya dengan raut wajah datar tanpa berekspresi.

Korban 2 : Penulis komik web bertema cinta, Park Boah
“Aku terlalu bermain dengan imajinasiku tentang cinta, tapi ternyata hidupku jauh lebih buruk dari semua komikku, dan lihatlah bahkan aku sekarang tidak bisa membuat cerita cinta lagi” ujar wanita yang duduk malas dengan memiringkan kepalanya.

Korban 3 : Instruktur senam berhati lembut, Choi Woori
“Kondisiku sudah sedikit membaik kok, aku sekarang punya teman baru, ini...” gadis dengan ekspresi datar ini menunjukkan sebuah boneka teddy bear berukuran besar yang kemudian dia letakkan dipangkuannya. Jika kalian melihatnya pasti akan terlihat sangat mengerikan.

Ahneul melontarkan tatapan ngeri melihat para korban matinya sel cinta. Dia terus mengusap-usap lengannya karena kengerian yang dilihatnya.

“Bagaimana? Itu hanya sebagian orang yang sel cintanya mati, masih banyak lagi di luar sana yang begini, apa kau mau seperti mereka?” ceplos Byul dengan tatapan mengintimidasi. Seketika pertanyaan itu dijawab dengan gelengan tegas dari Ahneul. Yang ada dipikiran gadis ini sekarang adalah dia ingin secepatnya mendapatkan cintanya sebelum terlambat. Tapi...

“Tapi...” sahut Ahneul menundukkan kepalanya.

“Tidak ada kata tapi... baiklah sekarang kita cari tipe idealmu” Byul lagi-lagi menjentikkan jarinya dan entah bagaimana lagi mereka berdua kini berada di sebuah cafe. Mereka berdua duduk bersebelahan sambil menyesap caramel macchiato yang dipegang masing-masing. Mereka berdua mengedarkan pandangan ke sekeliling sudut cafe.

“Bagaimana dengan pria itu?” Byul mengedikkan dagu ke arah seorang pria yang tengah berbicara dengan seseorang. Pria itu duduk dengan posisi kaki ‘ngangkang’ dan terlihat seperti pria yang tak tau tempat. Melihat hal itu membuat Ahneul mengeluarkan kritikan yang begitu panjang.

“Dia pria yang tak tau sopan santun. Mereka memiliki kepribadian yang melelahkan, pasti dia akan selalu menempel padaku untuk setiap urusannya. Untuk makan lah, berbelanja lah, dia pasti akan seenaknya sendiri dan yang paling parah dia akan....”

“Bagaimana dengan yang disebelah sana?” tukas Byul menghentikan ocehan Ahneul yang tanpa titik koma.

“Pria dengan alis tebal dan berkumis itu terlihat keras kepala dan melakukan apa yang mereka inginkan, dia terlihat galak juga sama seperti anjing milik tetanggaku yang meyebalkan itu”

Byul penuh dengan kekesalannya mengehembuskan nafas kasar, seakan ingin menyerah dengan tugasnya karena Ahneul yang tiba-tiba begitu ahli dalam masalah ini. Ahneul kemudian menunjuk seorang pria dengan rambut blonde dan pria yang menggerakkan hidungnya. Ia menganalisis kepribadian mereka dan berbicara tanpa henti.

Byul memegang dagu Ahneul agar gadis ini berhenti mengoceh seperti rel kereta yang tak putus-putus. “KAU BERCANDA!” kesal Byul.

Ahneul mengeluh, dia memang tak bisa dari awal. Tapi bukan itu maksud Byul, hanya saja kalau semua tipe pria disana tidak menarik minat Ahneul. Maka hanya Woohyun satu-satunya target yang bisa dituju.

“Woohyun itu adalah... Pangeran” ucap Ahneul dengan mantap.

 ~~~

Sementara itu disisi lain, sosok Woohyun tengah berada di dalam mobilnya. Ia tengah duduk dengan wibawanya. Dia menggunakan sarung tangan plastik sebelum makan. Dan penuh dengan kewibawaan dan kelembutan, dia memasukkan satu persatu makanan ke mulutnya.

“Dengan sentuhan jarinya yang sempurna, ia seperti membawa kehidupan setelah kematian. Dan apapun yang dimasukkan ke dalam mulutnya, akan menjadi embun. Karena dia adalah seorang pangeran. Bukankah begitu pangeranku, Nam Woohyun?”

Woohyun menghentikan aktivitas menyantap makanannya, ia celingukan melihat ke sekitar mobilnya karena ia merasa seperti ada yang membicarakannya. Temannya yang tengah asyik bermain smartphone pun bertanya.

“Ada apa?”

“Tidak... hanya saja seperti ada yang membicarakanku” balas Woohyun masih kebingungan.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu mobil Woohyun. Terang saja hal itu menganggu aktivitas Woohyun untuk menyantap makanan. Bagaimanapun juga sekarang yang dimakannya adalah makanan favoritnya, jadi tidak ada yang boleh menganggunya.

“Hyaaaa... Nam Woohyun berhenti memakan kaki ayam itu, sudah ku jelaskan berkali-kali kalau itu simbol cabul” pekik orang itu yang ternyata adalah managernya sendiri.

“Apa? cabul? Apa perlu aku tunjukkan padamu apa itu cabul? Kenapa kau selalu melarangkan makan kaki ayam, huh?” balas Woohyun kesal.

Dengan penuh kekesalan, sang manager terus membujuk Woohyun untuk berhenti makan kaki ayam. Karena bagaimanapun juga dia adalah seorang idol terkenal yang memiliki citra seorang Prince, kalau penggemarnya ini tau mungkin ini akan merusak citra Woohyun yang selama ini dibangun. Namun Woohyun seakan tak peduli dengan penjelasan panjang lebar managernya, dia menutup pintu mobil dengan kakinya.

~~~~

Di rumah atap milik Ahneul, Byul berperan layaknya seorang tentara yang sedang mengatur sebuah strategi. Dia menempelkan foto Woohyun dan Ahneul disampingnya pada sebuah papan. Byul menjelaskan panjang lebar tentang rencana untuk bisa mendapatkan perhatian Woohyun, karena dia seorang idol, maka ini jadi lebih sulit pikirnya.

“Kau bekerja sebagai reporter, kau pasti sangat paham setiap jadwalnya, jadi kau bisa melancarkan serangan ketika berdiri sangat dekat dengannya” jelas Byul penuh keyakinan.

“Tapi.... apa mungkin gadis sepertiku bisa mendekatinya?” balas Ahneul memelas.

Seketika Byul langsung menatap tajam penampilan Ahneul dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dan saat itu pula dinding penuh keyakinan yang baru saja didirikannya runtuh begitu saja. Wajah kusam, kucel, tak terawat membuat Byul menghembuskan nafas kasar. Kemudian dengan wajah pasrah, Byul mengeluarkan beberapa benda yang tak asing lagi bagi Ahneul.

“Baiklah, sepertinya dengan benda-benda ini akan membantu” Byul menunjuk beberapa benda di atas kursi panjang yang didudukinya dengan Ahneul. Karena rasa penasaran gadis ini yang tinggi, dia berusaha mengambil salah satu benda itu, namun dengan sigap Byul menampik tangan Ahneul. “Hyaaaa.... benda-benda ini hanya bisa kau gunakan sekali saja, jadi kau harus memanfaatkannya dengan benar!” tukas Byul kesal. “Dan satu hal lagi, seorang pria itu sangat senang dengan wanita yang bisa memberikan sentuhan lembut padanya, kau harus mempraktekkannya nanti” jelas Byul tanpa melihat ke arah Ahneul.

Tanpa aba-aba, Ahneul menyentuh kedua pipi Byul dengan kedua telapak tangannya. Dia menatap lekat dua manik mata Byul dengan tatapan santai tanpa makna apa-apa. Tapi tidak untuk Byul, dia merasa aneh dengan tatapan itu.

Deeeg!!

Sepersekian detik kemudian Byul kembali ke kesadarannya. Ia menampik kedua tangan Ahneul yang masih menempel di pipinya.

“Hyaaaa... apa yang kau lakukan? Dasar majikan cabul” pekik Byul dengan intonasi meninggi.

“Kau bilang untuk memberikan sentuhan yang lembut pada pria, aku hanya ingin mempraktekkan apa seperti itu maksudmu?” balas Ahneul dengan nada tak berdosa.

Byul menghembuskan nafas kasar dan menggeleng-gelengkan kepalanya seakan tidak percaya.

“Kau ini apa memang tidak pernah pacaran, huh? Benar-benar payah, kau harus mencobanya besok, ingat itu” ucap Byul yang masih sedikit kesal.

“Aiihhh...ternyata kau memang kucing yang galak dan cerewet, pantas tidak ada kucing betina yang mau padamu” Ahneul memanyunkan bibirnya setelah mendapat perlakuan menyebalkan dari kucingnya sendiri.

“Aiiishhhh.... kau bahkan kadang lupa tidak memberiku makan” Byul bangkit dari tempat duduknya dan sedikit meregangkan tubuh, “Ini sudah malam, aku mau istirahat, besok kita mulai rencana kita, aku mau tidur sekarang” Byul melangkah memasuki rumah atap.

“Tidur? Tunggu dulu, heeiiiii...kau mau tidur dimana?” Ahneul mengejar Byul yang sudah memasuki rumah, ternyata Byul sudah berbaring di kasur milik Ahneul. “Hyaaaa...bagaimana bisa kau seenak jidat tidur di kasurku? Cepat bangun!” Ahneul menggoyang-goyangkan tubuh Byul agar segera pergi.

“Kau ini majikan yang tega sekali, aku sudah tidak muat tidur di tempat tidur kucing, kalau tidak di kasur ini aku mau tidur dimana coba?” balas Byul malas yang masih membelakangi Ahneul.

“Lalu aku harus tidur dimana?” tukas Ahneul kesal.

“Tidurlah disini juga”

“Hyaaaa....apa kau gila, kau itu seorang pria, dan aku wanita, mana boleh tidur seranjang” lanjut Ahneul kesal.

“Apa kau lupa aku ini kucingmu, biasanya kau juga megajakku tidur berdua, bahkan memelukku.... dan satu lagi jangan berpikir aku tertarik dengan tubuhmu meskipun sekarang aku berwujud manusia, bahkan aku pun juga sudah paham dengan yang kau sembunyikan di balik bajumu itu” lanjut Byul dengan senyum menyeringai penuh kemenangan.

“Hyaaaa.....DASAR KUCING CABUL”

Dan akhirnya dengan terpaksa Ahneul tidur disamping Byul. Mereka saling membalakangi dan tidak saling sapa. Ahneul terus saja merutuki nasibnya, pikirnya dia sekarang sangat menyesal telah memelihara kucing jantan menyebalkan seperti Byul.

‘Sial.... bagaimana aku bisa tenang tidur disebelah seorang pria, meskipun kenyataannya dia adalah kucing, tapi tetap saja hormonnya adalah laki-laki dewasa’ batin Ahneul yang kenyataannya tidak bisa menutup mata barang sedetik.

Deg!

Deg!

Deg!

‘Aaahhh....sial, apa-apaan ini jantungku? Ingat Ahneul, dia hanya kucing yang biasanya kau ajak tidur dan kau ajak mandi, sudah itu saja cukup!’Ahneul terus berperang dengan pikirannya sendiri, dia terus mencoba menyingkirkan pikiran yang tidak-tidak. Ahneul memaksa matanya untuk menutup agar cepat tidur, tapi hasilnya nihil.

“Kau tidak bisa tidur?” celetuk Byul tiba-tiba yang ternyata juga belum tidur, dia masih dalam posisi membelakangi majikannya itu.

“Emmmm... mungkin insomniaku kambuh, kau sendiri?” sanggah Ahneul mencoba menjawab setenang mungkin dengan berbagai alibi.

“Bagaimana aku bisa tidur kalau kakimu terus saja bergerak, itu benar-benar mengganggu!” tukas Byul singkat.

“Ahhhh...maaf aku mengganggu tidurmu” Ahneul diam sejenak, “Byul-ah, apa kau pernah menyukai kucing betina?” celetuk Ahneul.

“Tentu saja pernah, kenapa?”

“Kapan? Aku tidak pernah melihatmu mendekati kucing betina? Padahal aku ingin sekali punya kucing kecil dari keturunanmu” Ahneul lagi-lagi nyeplos tanpa rem.
Uhuuukkkkk....

“Kau ini benar-benar majikan tidak pengertian, aku ini masih muda, bagaimana bisa kau menyuruhku punya anak. Lagian aku ini kucing berkelas, jadi aku tidak mau sembarangan mendekati kucing betina” sanggah Byul yang masih membelakangi Ahneul.

“Ciihh... dasar kucing sok!” lalu tanpa peringatan Ahneul mendorong tubuh Byul sampai jatuh dari ranjang.

“Awwwww.....Hyaaaaa, kau benar-benar majikan terkejam yang pernah aku tau” pekik Byul kesal sambil memegangi pingganggnya yang dengan kasar menyentuh lantai.

“Sudahlah...kau tidur di bawah saja!” Ahneul langsung menguasai seluruh ranjangnya dengan tangan dan kaki terlentang.

~~~

Pagi-pagi sekali Byul membangunkan Ahneul agar segara melancarkan rencana awal, pergi ke pusat perbelanjaan dan salon kecantikan. Dengan semangat menggebu, Ahneul menyiapkan dirinya untuk bertemu dengan sang pangeran pujaan hati.

Sesampainya di sebuah pusat perbelanjaan, Ahneul memilih-milih beberapa potong baju yang terkesan oldish menurut Byul. Berkali-kali Byul hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat majikannya yang tidak bisa memilih barang yang kekinian. Lama-lama Byul pun geram dan menunjukkan beberapa potong dress yang lebih kekinian dari pada pilihan Ahneul. Cukup lama Ahneul mencoba dress yang dipilihkan Byul, dan sampai akhirnya sang putri kesiangan itu keluar dari ruang ganti.

“Bagaimana?” Ahneul menggoyang-goyangkan baju yang dipakainya di depan Byul.

“Itu cocok untukmu” balas Byul yang menandakan jawaban iya.

Kini mereka berdua tengah duduk dengan menyilangkan kaki di depan sebuah gedung agensi dari Woohyun. Mereka berdua menyesap banana milk ditangan mereka sambil menatap kerumunan fangirl yang sudah berkerumun di pinggir pintu gedung itu untuk mendapatkan posisi depan.

“Waahhhh....tampan sekali namja itu” sahut gadis yang sekedar lewat di depan Byul.

“Iya, dia tampan sekali seperti seorang idol” sambung rekannya dan berlalu pergi dari hadapan Byul dan Ahneul tapi tetap memusatkan pandangan ke Byul.

“Aiisshhhhh... apa mereka pikir kami tidak bisa mendengarnya, dasar gadis jaman sekarang terlalu frontal” celetuk Ahneul mendengar ocehan para anak-anak sekolah itu.

“Eheeemm....eheemmm... wajar saja mereka seperti itu karena melihat pria setampan diriku” Byul sedikit merapikan rambutnya dengan jari-jari tangan dan berlagak layaknya seorang bos besar.

“Ingat kau itu seekor kucing” Ahneul menegaskan kata seekor kucing untuk memperjelas.

“Lebih tepatnya aku adalah seekor kucing jantan yang sangat tampan” Byul pun juga tak mau kalah dengan menegaskan kata sangat tampan tepat di depan wajah Ahneul.

Di sela acara berdebat mereka, akhirnya yang ditunggu datang juga. Woohyun sang superstar turun dari mobil sportnya dengan gaya maskulin yang ditunjukkannya. Dalam sekejap Byul mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, sebuah cream pemutih untuk Ahneul.

“Pakai ini sekarang, cepat!!” titah Byul yang langsung dituruti Ahneul tanpa bertanya terlebih dahulu.

Namun belum selesai memakai cream itu, Ahneul baru sadar untuk menanyakan apa yang sekarang sedang dipakainya. Tanpa basa basi, Byul langsung menjelaskan secara singkat tentang cream itu. Setiap orang yang memakai itu maka wajahnya akan terlihat bercahaya di depan orang yang diincarnya. Mendengar penjelasan itu, Ahneul hanya manggut-manggut saja sambil meneruskan mengoleskan cream itu sebanyak-banyaknya, pikirnya itu akan lebih manjur.

Sebelum Woohyun benar-benar masuk ke gedung agensinya, Ahneul segera berlari ke kerumunan para fangirl berharap Woohyun melihatnya.

Tanpa disangka Woohyun benar-benar melihat ke arah Ahneul yang terlihat bercahaya seperti malaikat. Tapi.... seketika Woohyun langsung menggunakan kacamata hitam karena pantulan cahaya dari wajah Ahneul yang menurutnya terlalu menyilaukan. Woohyun langsung berlari tunggang langgang karena pikirnya itu adalah hantu yang sedang mengikutinya.

Melihat reaksi Woohyun, Byul langsung memeriksa sisa cream yang diberikannya pada Ahneul. Bingo... kosong! Ahneul menghabiskan cream pemutih itu sekali pakai. Byul seakan manahan emosi dengan tingkah konyol majikannya.

“Astagaaa... apa kau gila? Pantas saja Woohyun bahkan sama sekali tidak melirikmu. Baiklah kita mulai rencana kedua” gerutu Byul pada majikannya yang sok tau itu.

“Mian, aku tidak tau ternyata efeknya seperti itu” Ahneul menundukkan kepalanya dan raut wajah menyesal dengan tingkah bodohnya.

Byul langsung menyusun rencana selanjutnya agar Woohyun mengetahui keberadaa Ahneul. Benda selanjutnya yang dikeluarkan Byul adalah parfum. Kali ini Ahneul terlihat sangat berhati-hati memegang benda tersebut. Ahneul menyemprotkan secukupnya parfum tersebut sesuai instruksi Byul. Dengan kelihaian Byul, kini mereka berdua sudah berada di dalam gedung agensi Woohyun. Entah bagaimana caranya mereka bisa lolos dari pengawasan ketat penjaga. Mereka mengedarkan pandangan mencari dimana Woohyun berada, dan akhirnya mereka menemukan Woohyun berada di sebuah ruang tunggu.

“Baiklah, kau sekarang hanya perlu lewat di depannya, kau jangan bertingkah sebagai seorang fangirl, kau harus tetap tenang” titah Byul yang sekarang jauh lebih cerewet dari biasanya.

“B-b-baiklah...” dengan penuh keraguan Ahneul melangkahkan kakinya lewat di depan Woohyun. ‘Tenangkan dirimu Shin Ahneul, kau pasti bisa, fighting!’ gadis itu menyemangati dirinya sendiri dalam hati.

Dengan jalan yang dibuat sesantai mungkin, Ahneul mulai lewat di depan Woohyun. Woohyun yang sebelumnya berkonsentrasi dengan ponselnya, langsung teralihkan pandangannya begitu mencium aroma yang memanjakan indera penciumannya.

‘Aroma ini...’ batin Woohyun seraya menikmati aroma yang diciumnya.

“Tunggu dulu...” sahut Woohyun menghentikan langkah Ahneul.

‘Yesss..berhasil!’ gumam Byul di sudut tembok yang tengah mengamati kerja majikannya itu.

“N-n-nne... a-a-ada a-apa?” balas Ahneul terbata-bata.

“Siapa kau?” lanjut Woohyun mengintrogasi.

“A-a-aku...eemmm.. na-namaku S-S-Shin Ahneul”

Brakkkkk....

Tanpa disangka, ternyata Ahneul masih belum sanggup berdiri sangat dekat dengan Woohyun. Gadis itu malah pingsan tepat setelah mengucapkan namanya.

“Heeiii... kau kenapa, cepat bangun nona...nona, ireona!” Woohyun menahan tubuh Ahneul agar tidak menyentuh lantai, dia juga menepuk-nepuk pipi Ahneul agar gadis itu sadarkan diri.

“Aiissshhh.... sial, kenapa juga dia harus pingsan!” gerutu Byul yang masih memantau di sudut tembok. Tanpa pikir panjang, Byul langsung keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri Ahneul yang masih belum sadar.

“Maaf tuan... biar saya yang urus pegawai baru ini, sepertinya dia kurang sehat” celetuk Byul beralibi.

“Ooooh... dia pegawai baru, pantas tidak pernah liat” balas Woohyun polos.



~~~TBC~~~